Selasa, 14 Juni 2011

Ghaib

Masalah ghaib adalah masalah yang banyak dipenasari oleh orang, sebenarnya percaya kepada ghaib adalah salah satu rukun dari rukun iman, hanya saja kebanyakan orang memandang ghaib dari sudut kepentingan dirinya sendiri, bukan makna dari keberadaannya, sehingga banyaklah yang terseret kepada kemusryikan.


Didalam rukun iman, iman kepada yang ghaib sebenarnya hanyalah pemberitahuan kepada kita bahwa yang tidak terlihat itu tidaklah berarti tidak ada, oleh karena itu maka diadakanlah makhluk ghaib yang tidaklah sempurna keghaibannya, sehingga kadang-kadang bocor menjadi terlihat atau terdengar, kebocoran itulah yang sebenarnya dapat menjadi pelajaran yang penting, sebab dengan bocornya keghaiban makhluk tersebut kita jadi mengerti atau mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak terlihat oleh mata kita kecuali sekali-kali saja kalau terjadi kebocoran keghaibannya yang tidak sempurna itu, dengan mengetahui sesuatu yang tidak terlihat tetapi ada tersebutlah kita sedikitnya dapat menghayati keberadaan Allah yang Maha Ghaib, yang sangat sempurna keghaibannya, yang tidak akan pernah bocor dan terlihat oleh kita, kecuali kalau Allah sendiri yang berkehendak, atau kalau kita dapat sampai ke sisinya pada saatnya nanti.

Jadi sebenarnya guna keghaiban di dunia ini hanyalah agar kita dapat sedikit memahami ataupun menghayati keberadaan Allah yang Maha Ghaib, oleh karena itu janganlah kita menyalah gunakan keghaiban itu menjadi sesuatu yang kita anggap hebat atau luar biasa, karena sudah jelas bahwa dari semua makhluk ciptaan Allah, hanya manusialah yang paling mulia, karena manusia diciptakan dengan segala kelebihan serta kekurangannya, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, manusia dapat menggabungkan baik dan buruk menjadi jalan tengah, tidak seperti makhluk lain yang hanya baik saja, yang hanya buruk saja, yang memilih yang baik saja ataupun yang hanya memilih yang buruk saja, yang memilih salah satu saja itulah yang membuatnya jadi berlebih-lebihan, tidak bisa mengambil yang sedang-sedang saja, sebab hanya dengan menimbang antara baik dan buruklah yang akan membuat kita menjadi bijaksana.

Sebenarnya manusia itu adalah makhluk yang paling mudah berprasangka, sehingga sulit untuk mempercayai orang lain, tapi sungguh sangat mengherankan banyak sekali orang percaya kepada makhluk yang mereka tidak dapat melihatnya, sehingga mau menuruti atau taat kepada anjuran-anjuran makhluk tersebut, sedangkan kepada sesama manusia yang jelas-jelas dapat dilihatnya sulit sekali untuk percaya, malah percaya kepada makhluk yang rupa aslinya sama sekali belum diketahui, kecuali rupa tiruannya yang namanya juga tiruan ya tentu saja palsu, tetapi tetap saja, bahkan melihat kepalsuannya tersebut malah makin percaya karena merasa dapat melihat serta berkomunikasi dengan makhluk yang biasanya tidak dapat dilihat, mungkin juga karena merasa makhluk ghaib itu dapat melakukan keajaiban-keajaiban yang sebenarnya bagaimana mereka lakukan yang menurut mereka ajaib itu di belakang layarnya mungkin saja hanya tipuan seperti sulapan, misalnya kita minta emas kepada mereka, tahu-tahu emas tersebut tersedia didepan kita, tentu saja kita merasa itu suatu keajaiban, padahal sebenarnya emas itu mereka ambil dari lemari tetangga atau darimana saja maunya mereka, toh kita tidak akan tahu sebab mereka lakukan semua itu dibelakang layar ghaib yang kita tidak bisa lihat, karena tidaklah mungkin mereka menciptakan emas, mereka sama saja dengan kita tidak bisa menciptakan apa-apa, hanya Allah yang Maha Pencipta sajalah yang dapat mencipta segala sesuatu, bahkan makhluk yang bila terlihat selalu menyamar tersebut dapat menyamarkan kotoran menjadi emas dimata kita.

Sangat berbeda segala-sesuatunya antara makhluk ghaib dengan Allah yang Maha Ghaib, walaupun Allah Maha Ghaib sehingga tidak dapat terlihat oleh mata kita samasekali, namun kita dapat melihat keberadaanya dari segala ciptaanNya serta dari segala pemberiannya kepada kita, bila memang kita mau merenungkannya serta berusaha menghayatinya.

Makhluk ghaib yang selalu muncul dengan bentuk tiruan tersebut seharusnya membuat kita berfikir beribu-ribu kali untuk berhubungan dengan mereka, sebab bentuk yang mereka tiru tersebut terutama kalau manusia tentunya belum tentu atau bahkan kemungkinan besar belumlah dimintakan idzinnya untuk ditiru atau dipergunakan rupanya untuk keperluan mereka, apakah kita senang jika ada orang lain mengaku-ngaku kita kepada orang lain, apalagi kalau dipakai berbuat keburukan, misalnya menipu, memperdayai, tentu saja kita akan marah, makhluk tersebut tentu saja tidak dapat mencipta rupa baru, dan sudah pasti meniru rupa seseorang yang tentu saja orang tersebut akan merasa difitnah oleh penyaru tersebut, oleh karenanya tentu saja seharusnya kita berkeberatan bila harus berhubungan dengan siapapun yang memfitnah orang lain, apalagi kalau mereka meniru rupa sebagian manusia sebagian lagi rupa yang buruk-buruk ataupun binatang, tentu saja perbuatan tersebut adalah perbuatan fitnah terhadap seluruh manusia.

Banyak orang tergiur oleh janji-janji dari makhluk ghaib, padahal bagaimana kita dapat mempercayai janji dari makhluk yang rupa serta penampilannya saja sudah palsu, tentu saja janjinyapun kurang lebih ya janji palsu bahkan menurut rujukannya bahwa mereka biasa memberikan ramalan yang benar satu dengan seribu yang bohongnya, namun banyak saja orang yang rela menerima seribu kebohongan demi benar yang hanya satu, sungguh sangat merugilah orang tersebut, sebab sudah rugi seribu kibul ditambah lagi satu yang benar dengan hukuman mempercayai ramalan adalah kehilangan setengah imannya, apalagi kalau mempercayai seribu kibulannya itu, barangkali sudah minus imannya, lagipula apa baiknya ramalan itu, sebab semua orang inginnya mendengar ramalan yang bagus-bagus saja, tidak ada yang mau diramal kapan akan mati.

Oleh karena itu alangkah baiknya kalau kita membatasi hal-hal yang ghaib tersebut hanya pada penghayatan kepada Allah yang Maha Ghaib, serta kepada keghaiban akhirat beserta isinya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar