Jumat, 30 Juli 2010

Sampaikan Walau Satu Ayat

Begitu banyak contoh buruk berseliweran. Artis-artis dengan bangga bermaksiat. Menebar virus-virus pornoaksi dan pornografi. Mungkin karena apes atau sekadar mencari sensasi. Di saat yang sama ada yang bangga dengan gaya hidup hedonismenya. Tertangkap membawa narkotika atau malah bergaul bebas. Negeri ini semakin lama semakin ngeri. Banyak penghuninya sudah tidak tahu diri. Berasyik masyuk dengan kemaksiatan atas nama eksistensi diri.

Semakin banyak orang yang mudah putus asa. Ditayangkan di media massa. Bunuh diri, membuang anak sendiri atau bahkan menyiksa buah hati atas nama depresi. Berita yang diulang-ulang, sehingga menjadi semacam motivasi. Sementara pasar sama sekali tidak tertarik dengan renungan keislaman, mengarahkan kepada kebijaksanaan hidup dan indahnya norma Islam. Pasar lebih suka teladan yang tidak bermoral atau bermoral rendah. Karena itulah dunia hiburan yang sarat dengan hal-hal berupa kesenangan.

Terwujudlah kini masyarakat yang minim moralitas. Sesak dengan tugas dan pekerjaan yang menyita hati. Shalat tidak ada lagi, doa jarang sekali. Dunia dan segala keangkuhannya telah menyibukkan diri. Maka jarang sekali orang bicara tentang bagaimana iman saya hari ini. Jarang sekali orang meminta, tolong nasihati saya, saya sedang lemah iman. Tak ada, bahkan sama sekali tidak pernah ada.

Gelombang materialisme membuat manusia abad ini mulai tidak lagi peduli dengan agama. Kebutuhan hidup yang mencekik leher, biaya kesehatan yang mahal dan gaya hidup yang semakin permisif dan hedonis, membuat kerinduan pada Islam memudar. Kalaulah hari ini ada, pasti jumlahnya sama sekali tidak berimbang dengan jumlah masyarakat sebenarnya.

Generasi tuanya tidak mau membina, sementara remajanya lelap dalam tidur panjangnya. Tidak tergugah untuk mencintai Islam dan memperjuangkannya. Tetapi justru memilih diam dalam ketidakberdayaan, acuh dan cuek dengan kondisi sekitar. "Yang penting saya senang, urusan yang lain itu tidak penting..."

Fakta ini membuat kita mengelus dada. Karena jelas ini adalah bagian dari tanda tanda merosotnya moralitas kita. Ketua Umum MUI, KH Sahal Mahfudz bahkan menilai ada suatu hal yang jalan di tempat, bahkan mundur, yakni akhlak dan jati diri bangsa. Menurutnya salah satu bukti bahwa akhlak mengalami kemunduran adalah masih adanya perilaku korupsi dan suap, juga beredarnya tayangan video porno dan maraknya maksiat di tengah masyarakat.

Berkontribusilah...

Saatnya setiap muslim menjadi da'i yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Lakukan apa yang bisa kita lakukan, Berdakwah dengan kapasitan yang kita miliki. Ajaklah teman dan saudara untuk berbincang masalah hati dan iman. Sudah sebaik apa mereka memperhatikan imannya. Sudah sejauh apa perbaikan yang selama ini mereka lakukan. Ajak dan teruslah mengajak. Karena dengan begitu mereka akan mulai sadar dan memperhatikan kondisi iman mereka.

Anda yang bekerja di kantor, ajaklah teman kantor anda untuk selalu shalat pada waktunya. Anda yang menjadi guru, ajaklah murid-murid anda untuk selalu menjaga shalatnya. Sedangkan anda yang berprofesi sebagai pengusahan, ajaklah pelanggan anda untuk selalu memperhatikan shalatnya. Karena shalat tiang agama. Dengungkan syariat di mana pun kita berada. Karena seribu dimulai dari satu. Kalau satu saja tidak dilakukan, maka bagaimana kita bisa menghasilkan seribu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar